Banda Aceh, atau dikenal dengan nama
sebelumnya Kutaraja, merupakan ibukota provinsi
D.I.Aceh. Daerah ini terletak sekitar 604 km
dari
Medan. Cukuplah mudah untuk datang ke
Aceh, hanya memakan waktu 2,5 jam dengan
menggunakan pesawat dari
Jakarta, dan 45 menit dari
Medan. Bisa juga kita melakukan
perjalanan antara
Medan dan
Banda Aceh sesering mungkin dengan
menggunakan bus yang sangat nyaman, dan hanya
memakan waktu 8-9 jam (non stop) melalui
perjalanan malam hari sampai ke
Banda Aceh. Populasi terdiri dari 200.000
jumlah penduduk. Sejak masa itu
Banda Aceh telah menjadi pusat
administrasi, keagamaan, perdagangan,dan
pendidikan. Di sana banyak juga ditemukan
sisa-sisa peninggalan sejarah dan hal-hal
menarik lainnya. Alam sekitarnya mampu
memberikan pemandangan yang menakjubkan dan
pantainya yang indah mampu menjadi daya tarik
bagi pengunjung.
Di
Aceh, yang merupakan provinsi Muslim di
Sumatra bagian Utara yang sedang meminta hak
independent (merdeka), ada seorang missionaris
yang berkarya untuk meningkatkan dialog
interreligious dan mengangkat persoalan hak
azasi manusia.
Dialah Pastor Ferdinando Severi, seorang
biarawan fransiskan konventual yang telah
menetap di Indonesia selama 30 tahun dan sejak
tahun 1991 tinggal di
Aceh. Beliau sibuk dengan kegiatan sosial
di satu-satunya paroki yang ada di provinsi
tersebut yang terletak di
Banda Aceh, yang memiliki 1400 umat
Katolik dari keseluruhan penduduk yang mencapai
200.000 jiwa. Salah satu dari kegiatan sosial
Pastor Severi adalah menangani anak-anak cacat
muslim, dengan tujuan untuk menunjukkan kepada
para muslim bahwa kita memiliki perasaan kasih
sayang dan keterbukaan hati pada mereka
kendatipun adanya perbedaan agama. Hal ini juga
beliau utarakan kepada Fides (1 majalah/
Koran international). Bantuan financial yang
diberikan oleh organisasi Charitas
Indonesia dan para dermawan
dari Italy dan Eropa membuat Pastor
Severi mampu menyelenggarakan operasi bedah pada
ribuan anak-anak cacat yang tidak mampu.
Pastor Ferdinando
tidak hanya mendapatkan “cinta tetapi juga
ancaman” atas keberadaannya dan semua aksi sosial
dan amal kasih yang dilakukannya. Setiap
tahunnya dia mengumpulkan hampir 70 orang (hampir
semua anak-anak) yang memiliki cacat fisik
(polio, bibir sumbing, dll) yang kemudian
dibawanya ke rumah misi Delitua (Pusat
Rehabilitasi Harapan Jaya di Pematangsiantar)
untuk mendapatkan perawatan dan pembedahan
seperti yang mereka butuhkan. Operasi bedah
tersebut bersifat gratis dan dilakukan oleh para
ahli bedah yang berasal dari Belanda, akan
tetapi para pasien membutuhkan waktu ber
bulan-bulan untuk menjalani perawatan
phisioterapi di unit khusus yang memerlukan
biaya yang sangat mahal yang semuanya ditanggung
oleh Pastor Severi tanpa memungut bayaran dari
para pasien. Sebagai balasan atas semua ini,
walaupun memang sangat banyak yang mencintainya,
namun Pastor Severi juga menjadi ancaman bagi
pemimpin-pemimpin Muslim yang beranggapan bahwa
kegiatan amal kasih dan sosial yang dijalankan
oleh Pastor Severi merupakan cara lain untuk
mencari pemeluk agamanya (kristianisasi). Karna
memang terbukti bahwa tidak hanya satu dari
pasien yang pernah ditolongnya telah terdorong
untuk masuk agama Katolik melalui Pastor
Ferdinando.