Kefamenanu

Kefamenanu1.jpg (65136 byte)

Kefamenanu2.jpg (51947 byte)

Kefamenanu3.jpg (52582 byte)

Kefamenanu4.jpg (39755 byte)

 

Gereja dan menara dengan salib yang dibangun di Kefamenanu (2005)

Klik di sini untuk memperbesar gambar

KEFAMENANU (Atambua) - TIMOR BARAT

Gereja Katolik – Jalan Eltari  Km  7 SASI KEFAMENANU – NTT - TIMOR Tengah Utara 85013

Tel. 0062.388.2332061

Cell.P.Razzoli 0062.813.39327690

E-mail: antpadsasi@yahoo.co.id

Timor adalah satu pulau yang kaya akan kemiskinan dan kemelaratan yang diemban dalam kebesaran martabatnya. Kaya  akan mata “yang selalu besar” dan diselubungi dengan kesedihan yang menyapamu dengan berkata “kami terbakar  dari perputaran yang mematikan untuk menjadikan kami lebih buruk lagi.”
Kaya akan bukit dan lembah, yang menghijau di musim hujan, tetapi kering kerontang selama delapan bulan berikutnya.
Kaya akan bintang-bintang,  yang membuat kita dapat melihat semuanya kendatipun belum ada penerang.  Seluruh negeri hampir tanpa listrik.

Dari Medan ke Kefamenanu


Karya missi, membuka satu rumah baru di Timor Barat

sesudah Sumatra dan Jawa.

 

Atambua adalah propinsi Timor Barat dimana Uskupnya memanggil kami untuk mendirikan satu kehadiran  baru Fransiskan terutama untuk pelayanan bagi para pengungsi dari Timor Timur.

Dalam kapitel Kustodial pada Juli – Agustus 2002, kami telah menyambut undangan tersebut dan bersama P. Laurensius (Indonesia asli) kami menginjakkan kaki di pulau indah nun  jauh ini.

Atambua, satu kota kecil di tengah-tengah pulau Timor dan hampir sebagai engsel dengan negara baru Timor Timur, yang terkenal karena dua hal.

Pertama, terkait dengan waktu mana kala kota kecil ini terlihat dalam lembaran peta buatan Belanda. Alasannya adalah untuk mendirikan tempat bagi beberapa petugas administrasi dan satu asrama militer untuk mengawasi daerah. Memang , bagian sebelah timur pulau ini dulunya sudah dijajah oleh Portugis sementara di sebelah barat hanyalah bidang perdagangan yang dikuasai Belanda.

Kedua, hal yang sangat menyedihkan muncul dari tempat ini ke pintu dunia karena tiga orang utusan PBB dibakar hidup-hidup atas terbunuhnya seorang komandan militer; tetapi semuanya itu sebenarnya juga karena pengaruh oknum –oknum tertentu telah merencanakannya untuk menjauhkan wilayah ini secara definitif dari mata internasional dan supaya pendapat mereka atas fakta-fakta itu menjadi  satu serta  agar diterima secara internasional.

Inilah akhir cerita yang menyedihkan dari satu malapetaka besar politik yang melanda orang-orang kecil. Drama Timor Timur ini dimulai sejak tahun 1975, mana kala pemerintah Portugis menarik diri dari sana dan karena alasan ketakutan atas masuknya komunis maka baik Amerika Serikat  maupun Australia mendukung Indonesia untuk menguasai Timor Timur.

Perjalanan penjajahan selalu terjadi semakin kasar dan mengenaskan, bukan saja terhadap bahasa tetapi juga terhadap budaya serta agama yang ingin mereka cabut dari jantung penduduk Timor tetapi ternyata Salib itu telah sedemikian mengakar di hati mereka, bahkan terikat kuat dengan Rosario, dan hanya kematian lah yang dapat mengakhiri rasa kesatuan ini.

Perjalanan ke kemerdekaan itu sendiri ternyata membawa juga kekurang-pahaman pihak PBB, sehingga menyebabkan kematian ribuan orang dan kehancuran beberapa kampung yang sudah lumayan bagus. Tetapi semuanya ini dikerjakan oleh oknum – oknum tadi yang selalu menciptakan ketakutan-ketakutan baru guna membenarkan perbuatan mereka.

Sekitar 200.000 pengungsi terpaksa melewati perbatasan tetapi  sekarang berkurang menjadi 30% dan pada penghunjung tahun hanya tersisa 10.000.  Alangkah keji dan ngeri penderitaan itu dan betapa banyaknya uang masyarakat  yang terhambur sia-sia.

Melalui semua peristiwa ini komunitas setempat tentunya sangat terganggu; pertama-tama karena adanya permainan politik orang-orang yang tidak bertanggung jawab,  kemudian juga oleh karna berseraknya  pengungsi yang masih mengharapkan keadaan yang lebih baik: uang, kriminalitas terorganisir, dan perubahan-perubahan itu telah memaksa mereka mengalami ujian berat atas iman.

P. Antonio Razzoli

 

:: Home ::
 
missioneofmconv@virgilio.it- custodiami@telkom.net